Minggu, 30 Januari 2011

Ibu Pria pertama di Dunia



Baru tiga pekan menjadi ayah, hidup Thomas Beatie berubah drastis. Seperti seorang ibu yang baru melahirkan anak pertamanya, pria yang lebih dikenal sebagai Pregnant Man itu pun begitu memuja buah hatinya. ayah pertama di dunia yang mengandung tersebut memamerkan foto Susan Juliette, putrinya, kepada publik. Kepada majalah People, pria 34 tahun itu mengaku bahwa kini menggendong Susan menjadi rutinitas terindahnya. Sebagai ayah yang sembilan bulan membawa sang buah hati dalam rahimnya, naluri keibuan pun tumbuh dalam hatinya.
Kendati tidak bisa menyusui, bagi Beatie, momen memberikan air susu ibu (ASI) untuk sang putri tetap menjadi masa yang paling membanggakan. Sebab, dia tidak pernah melewatkan detik-detik menyusui yang biasanya terjadi saat malam itu. Dengan bantuan hormon laktasi dan stimulasi fisik menggunakan pompa payudara, sang istri Nancy mampu menyusui Susan. Susan menjadi karunia terindah pasangan unik tersebut. Dia pun bisa membuktikan bahwa pilihannya untuk tidak mengangkat rahim saat bertransformasi menjadi laki-laki sekitar 10 tahun lalu memang tepat.
Jika dulu Beatie berubah total menjadi pria dan mengangkat rahimnya, Susan tidak akan pernah terlahir dari perut sang ayah. Sebab, Nancy terpaksa harus menjalani operasi pengangkatan rahim akibat gangguan reproduksi. Berkat inseminasi buatan, dengan sel telur Beatie dan sperma donor, pasangan asal Oregon itu kini memiliki keturunan. Susan dilahirkan pada 29 Juni sekitar pukul 20.55 waktu setempat tidak lewat operasi caesar.
Tanpa menjelaskan lebih lanjut tentang proses persalinan yang dimaksud, Beatie menyatakan bahwa persalinan Susan memakan waktu 40 jam. Selama proses itu berlangsung, Nancy selalu setia mendampingi dan terus memberi semangat. Tidak seperti kaum ibu yang mengalami masalah berat badan pasca persalinan, Beatie sama sekali bebas dari problem tersebut. Yang lebih penting, dirinya dan Susan berada dalam kondisi kesehatan yang benar-benar fit. Berbeda dari perempuan, ayah baru itu pun bebas dari stretch mark.

Kamis, 27 Januari 2011

Kisah Ibu 66 Cm Yang Tengah Menantikan Kelahiran Bayi Ketiga

Seorang ibu terkecil di dunia saat ini tengah menantikan         kelahiran anak ketiganya meski dia telah diperingati bahwa kehamilan akan membahayakan hidupnya.
Stacey Herald, yang tingginya hanya 66 cm, sudah memiliki dua anak. Sejak awal para dokter telah memberi tahu bahwa kehamilan dapat menyebabkan dirinya meninggal. Namun, dia nekat menentang peringatan dokter. Perempuan 35 tahun dari Dry Ridge, Kentucky, Amerika Serikat, itu menderita osteogenesis imperfecta, yang menyebabkan kerapuhan tulang dan paru-paru tidak berkembang sehingga dia tidak mungkin mencapai tinggi badan yang normal.

Sekarang, Herald yang menggunakan kursi roda, dan suaminya, Will, yang tingginya 175 cm, sedang menunggu kelahiran anak ketiga, seorang bayi laki-laki yang diperkirakan lahir dalam empat minggu mendatang. Herald tidak bisa lagi memangku putrinya karena perutnya telah membusung sedemikian rupa. Dia pun jadi bergantung pada suaminya untuk melakukan banyak hal.
Dia mengakui, kehamilan merupakan sesuatu “yang tidak nyaman”. Meski ada berbagai rintangan, pasangan itu mengatakan, mereka ingin punya lebih banyak anak.
Pasangan itu bertemu tahun 2000 saat bekerja di sebuah supermarket di kota asal mereka. Keduanya sangat ingin punya anak setelah menikah tahun 2004. Namun, para dokter memperingatkan Herald bahwa seorang bayi akan berkembang sedemikian besar dalam tubuhnya yang kecil itu dan hal itu akan menekan organ-organnya serta mencekik dia.
“Saya sangat kecewa ketika dikatakan saya tidak bisa punya anak. Sepanjang hidup, orangtua saya mengatakan kepada saya bahwa saya bisa melakukan apa pun. Lalu ada dokter-dokter itu yang mengatakan bahwa saya tidak bisa membentuk keluarga yang lengkap. Itu sangat menyakitkan,” kata Herald.
Delapan bulan kemudian, pasangan itu bergembira saat mengetahui Herald hamil. Mereka berkeras untuk mempertahankan kehamilan tersebut meski keluarga dan dokter meminta mereka untuk mempertimbangkannya kembali.
Setelah 28 minggu, para dokter melakukan bedah sesar, dan seorang putri, Kateri, lahir tahun 2006. Dia bertumbuh sehat. Namun, hati keluarga itu remuk redam ketika mengetahui Kateri memiliki kondisi cacat bawaan dari Herald, yaitu tidak akan pernah memiliki tinggi badan yang normal.
Meski demikian, keluarga muda itu terus menjalani hidup dengan normal. Herald hamil lagi setahun kemudian. Dia mengatakan, “Sama seperti waktu sebelumnya, setiap orang berteriak kepada kami, ‘Apa yang kamu lakukan.’ Para dokter mengatakan kepada saya bahwa saya memaksakan keberuntungan saya. Tetapi kami hanya berdoa kepada Tuhan.”
Tentang kehamilannya yang kedua itu dia mengatakan, “Itu merupakan saat yang sulit, saya menjadi besar dengan begitu cepat. Pada titik terburuk, saya ingat saya menangis karena saya kelihatan seperti bola pantai dengan kepala dan kaki yang kecil. Saya berminggu-minggu tidak bisa melakukan apa pun untuk diri saya sendiri karena perut saya begitu besar. Saya selalu bisa mengerjakan segala sesuatu, tetapi kali ini saya tidak bisa.”
Para dokter mencoba membiarkan bayi yang kedua tinggal selama mungkin di dalam tubuhnya, membiarkan kehamilannya hingga 34 minggu. Putri kedua, Makaya, kemudian lahir. Sekarang kedua anak itu lebih besar dari ibu mereka yang sedang mengandung 30 minggu.


Ajaib! Seorang Ibu Hamil Lagi Saat Masih Hamil

Secara umum seorang wanita sedang mengandung tidak mungkin mengalami pembuahan lagi, ditandai dengan terhentinya siklus haid. Tapi ternyata tidak demikian yang terjadi pada Julia Grovenburg. Wanita asal Negara bagian Arkansas ini sedang menjadi topic pembicaraan hangat, khususnya dalam program-program televisi kesehatan karena mengalami kehamilan ganda. Berbeda dengan hamil kembar, tapi sang wanita kembali hamil anak keduanya ketika ia sedang mengandung janin yang sudah berusia dua setengah minggu.
Julia Grovenburg dan suaminya Todd baru mengetahui keberadaan janin kedua, yang mengejutkan para dokter, saat melakukan pemeriksaan ultrasound. Sebuah embrio terdeteksi dalam kandungan Julia di sebelah janin perempuan berusia dua setengah pekan.
Para ahli medis memperdebatkan apakah benar keberadaan janin kedua merupakan hasil superfetasi (superfetation), istilah medis untuk kehamilan yang terjadi saat seorang wanita sedang mengandung.
Namun dokter memastikan bahwa bayi yang baru muncul dalam kandungannya bukan kembaran anak pertamanya karena jarak kehamilannya yang cukup jauh. "Ketika dicek dengan alat ultrasound, kami menemukan satu bayi. Namun setelah itu kami menemukan detak jantung lain dari seorang bayi yang lebih muda pertumbuhannya," ujar Dr. Karen Boyle of the Greater Baltimore Medical Center seperti dikutip dari New York Times.
Boyle mengatakan jika memang kejadian langka tersebut adalah superfetation, maka janin yang paling mudalah yang berisiko paling besar, yaitu terlahir prematur dan memiliki masalah pernafasan dan paru-paru. Namun Boyle tidak mengkhawatirkan hal itu karena ia yakin itu bukan kasus superfetation dan juga jarak kemunculan janinnya cukup jauh. Ahli kandungan yang menangani Julia Grovernburg, Dr Michel Muylaert mengatakan Julia kemungkinan besar mengalami superfetasi.
Ahli medis Amerika yang menjadi aktivis kesehatan wanita, Dr Donnica Moore juga mengatakan tidak dapat menjelaskan banyak tentang fenomena itu karena kebanyakan teori dalam buku teks tidak bisa menjelaskan semua fenomena alami pada tubuh manusia. Namun Moore memperingatkan bahwa kehamilan semacam ini berbahaya bagi janin yang lebih muda karena kemungkinan bisa “dipaksa” lahir saat janin yang lebih tua siap dilahirkan.
Tidak ada penjelasan dari para ahli medis itu apakah superfetasi merupakan hasil dari hubungan seks yang berlangsung saat seorang wanita sedang mengandung, atau bukan.